Kamis, 10 Mei 2012

Ada yang tanya...

"Kakak, siapakah nama asli Bapak Pandu Indonesia?" itulah pertanyaan yang diajukan oleh Kak Taufik, calon Bantara SMK NU Bandar, saat Kegiatan Pelantikan Bantara (Sabtu,5 Mei 2012) yang bertempat di SMK NU Bandar. Dalam kegiatan ini, Dewan Kerja Cabang  Batang diberi kesempatan untuk berbagi info tentang Sejarah Gerakan Pramuka.
Nah, untuk Kak Taufik dan Kakak-kakak anggota Gerakan Pramuka yang lain, inilah sekilas tentang Bapak Pandu Indonesia.

Sri Sultan HB. IX, Sang Bangsawan yang Demokratis

ImageSri Sultan Hamengkubuwono IX ( Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912-Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988 ) adalah seorang Raja Kasultanan Yogyakartadan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau kita kenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Biografi
Lahir di Yogyakarta dengan nama Bendoro Raden Mas Dorojatun pada 12 April 1912, Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Diumur 4 tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda,  disinilah beliau sering mendapat panggilan “SultanHenkie”.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan contoh bangsawan yang demokratis. Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat HB IX menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta di kemudian hari. Berbagai tradisi keraton yang kurang menguntungkan dihapusnya dan dengan alternatif budaya baru HB IX menghapusnya.

Meski begitu bukan berarti ia menghilangkan substansi sendiri sejauh itu perlu dipertahankan. Bahkan wawasan budayanya yang luas mempu menemukan terobosan baru untuk memulihkan kejayaan kerajaan Yogyakarta. Bila dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan konsep politik keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung binathara bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil para marta (besar laksana kekuasaan dewa, pemeliharaan hukum dan penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama), maka HB IX dengan wawasan barunya menunjukkan bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa laksana.

Menentang penjajahan dan mendorong kemerdekaan Indonesia.

Wawasan kebangsaan HB IX juga terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia dengan sangat konsekuen. Segera setelah Proklamasi RI ia mengirimkan amanat kepada Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung pemerintahan RI. Ketika Jakarta sebagai ibukota RI mengalami situasi gawat, HB IX tidak keberatan ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta. Begitu juga ketika ibukota RI diduduki musuh, ia bukan saja tidak mau menerima bujukan Belanda untuk berpihak pada mereka, namun juga mengambil inisatif yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya, termasuk mengijinkan para gerilyawan bersembunyi di kompleks keraton pada serangan oemoem 1 Maret 1949. Jelaslah bahwa ia seorang raja yang republiken. Setelah bergabung dengan RI, HB IX terjun dalam dunia politik nasional.

Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.Berikut jabatan yang pernah di embannya :
a.      Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
b.      Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
c.      Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 11 November 1947 dan 11 November 1947 - 28 Januari 1948)
d.      Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
e.      Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
f.       Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
g.      Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951)
h.      Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
i.       Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
j.       Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
k.      Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
l.       Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (5 Juli 1959)
m.    Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
n.      Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)
o.      Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
p.      Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
q.      Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
r.       Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)
s.      Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 - 23 Maret 1978)

Bapak Pramuka Indonesia.
ImageSemangat menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang tumbuh di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan terus berkobar. Hal itu membuat Presiden Soekarno lantas berkoordinasi dengan Pandu Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Pada 20 Mei 1961 terbitlah Keppres No 238 / 1961, yang  melebur seluruh organisasi kepanduan pada satu wadah yaitu Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka diperkenalkan pada tanggal 14 Agustus 1961, dengan penyerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka dari Presiden Soekarno kepada Sri Sultan HB IX,  yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Pramuka.

Gerakan Pramuka memang lahir dari berbagai organisasi kepanduan yang tersebar di Tanah Air. Dalam masa peralihan itu peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat besar hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX dipercaya mendampingi perjalanan kepengurusan Gerakan Pramuka di tingkat nasional, yaitu sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selama 4 periode untuk masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.
Kiprah Sri Sultan Hamengku Buwono dalam pembinaan Gerakan Pramuka tidak hanya di dalam negeri. Konsep-konsep pemikiran beliau tentang kepanduan atau Gerakan Pramuka mendapat sambutan yang luar biasa. Salah satunya pidato Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Konferensi Kepramukaan Se dunia tahun 1971, mendapat sambutan yang luas. Ketika itu, Sultan mengajak organisasi kepanduan terlibat dalam pembangunan masyarakat. Alhasil, pidato itu menjadi arah baru pembinaan kepanduan di seluruh dunia.
Atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi kepramukaan internasional, Sri Sultan dianugerahi Bronze Wolf Award pada tahun 1974, penghargaan tertinggi World Organization of the Scout Movement. Sri Sultan merupakan warganegara Indonensia yang pertama yang memperoleh penghargaan itu. Sebelumnya tahun 1973, beliau mendapat penghargaan dari Boy Scouts of America berupa Silver World Award.
Di dalam negeri, melalui Surat Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili, Timor Timur nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka, mengukuhkan almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka. Gerakan Pramuka juga memberi penghargaan tertinggi kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX berupa Lencana Tunas kencana. Penghargaan tersebut juga diterima oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, almarhum H.M. Soeharto.

Sebagai Wakil Presiden.
Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN. Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.

www.pramukanet.org

Rabu, 02 Mei 2012

Kilas Pangkalan

ROVER RANGER CAMP 2012
Perkemahan Pramuka Penegak Gacut Smantang



                Umumnya perkemahan disebut persami atau perkemahan sabtu minggu, tapi tidak dengan perkemahan yang diadakan oleh pramuka ambalan Gajah Mada- Cut Nyak Dien pangkalan SMA N 1 Batang. Perkemaha tahunan ini diadakan 3 hari yakni Sabtu, Minggu, dan Senin. Dan diadakannya perkemahan atau disebut RRC ini bertujuan untuk menggladi dan menyeleksi sangga kerja Perkemahan Tamu Ambalan mendatang.
                Tahun ini RRC diadakan di Desa Gemuh Kecamatan Pecalungan tanggal 14-16 April 2012. Diikuti oleh 51 peserta pramuka penegak Bantara dan 37 Dewan penegak pramuka laksana. Tak seperti biasanya, kegiatan Gacut ini menjadi  kegiatan mandiri yang panitianya tidak dibantu dari alumni Gacut dan hanya sesekali didampingi Pembina. Karena kebetulan penyelenggaraan kemah bertepatan dengan Ujian Nasional SMA. Namun, meskipun begitu kegiatan tetap berjalan lancar tidak terhalang suatu apapun.
                Di hari pertama, kegiatan dibuka oleh Wakasek Kesiswaan Pak Effendi yang menggantikan Pak Henry selaku Kepala Sekolah karena beliau sedang bertugas. Berangkat dari sekolah dengan diangkut dua truk pukul satu siang. Dan tiba di bumi perkemahan kira- kira pukul 2 siang.
                Selepas pembagian petak dan perlengkapan tiap sangga, acara dilanjutkan dengan pionering. Dari sini dapat diketahui sejauh mana adik- adik peserta bisa mendirikan tenda dengan benar dan kuat. Meskipun kebanyakan tenda kurang kokoh dan belum berdiri sempurna, tapi mulai terlihat adanya kekompakan dan kerja sama antar anggota sangga maupun dengan anggota lain. Adik- adik peserta juga ikut serta membantu mendirikan bendera kegiatan, dari semua aktifitas ini mengajarkan kerja sama tidak memandang siapa dan jabatan. Semua bergotong royong untuk membangun bumi perkemahan yang nyaman.
Seusai menunaikan Ibadah Sholat Ashar kegiatan dilanjutkan dengan lomba memasak, tiap sangga mengutus 3 orang perwakilannya untuk menghidangakn masakan berbahan mie telor. Meskipun peserta putra terlihat kurang memahami akan bidang masak- memasak dibandingkan peserta putri tapi mereka terlihat antusias terbukti dari hidangan buatan mereka yang tak kalah enak dari buatan peserta putri. Kegiatan berikutnya adalah memasak, MCK, dan ibadah hingga pukul tujuh lebih.
Adik- adik peserta dikumpulkan untuk mendapat pengarahan akan kegiatan selanjutnya, dan diberikan penegasan untuk selalu siap fisik dan mental selama mengikuti setiap kegiatan di RRC. Setelah diperintah untuk menutup mata, setiap peserta diberi klintingan kertas yang berisi nama samaran panitia dan mengharuskan mereka untuk menemukan pemilik nama itu guna kelanjutan kegiatan yakni Pencarian Jati Diri atau PJD.
PJD sendiri adalah momen dimana antara peserta dan panitia saling bertukar cerita, sharing, dan mencurahkan perasaannya akan kegiatan tersebut. Selain untuk membimbing peserta untuk menjadi pribadi yang lebih baik, hal ini juga menjalin keakraban agar tidak terjadi saling asing antara peserta dan panitia. Sambil beberapa panitia tengah melaksnakan kegiatan tersebut, sisa panitia sibuk untuk menggeledah dan merazia barang- barang yang dilarang dibawa oleh peserta ke bumi perkemahan. Dari razia tersebut, panitia masih menemukan barang- barang elektronik dan jajanan bermerek yang sejak awal dilarang untuk dibawa. Dan dikumpulkan ditengah lapang untuk dievaluasi.
Sekembalinya dari PJD, peserta dievaluasi kembali akan pelanggaran- pelanggaran yang sengaja atau tidak sengaja mereka perbuat. Evaluasipun dilaksanakan tanpa hukuman fisik atau perploncoan, hanya dengan pengarahan dan penegasan kepada para peserta. Hal ini bertujuan agar peserta menjadi lebih disiplin, taat, dan jujur. Tanpa jeda, kegiatan langsung dilanjutkan dengan hiking malam. Rute yang dilewati berupa jalan kampung dan kebun dan sebagai tenda rute yaitu lilin sekaligus penerang jalan.
Dalam hiking malam terbagi 6 pos, pos pertama yakni pos pemberangkatan. Di pos ini  peserta diberangkatkan dua- dua berselang seling putra putri dan dibekali makan kecil untuk teman perjalan dan sandi rumput yang harus dipecahkan sebagai kunci masuk pos berikutnya, yakni pos sie yang diinginkan. Di pos kedua yakni pos Sie yang diinginkan, peserta menuliskan nama serta sie yang mereka inginkan dalam kepanitiaan PTA. Selesai dari pos kedua dan telah dibekali sandi angka untuk kembali dipecahkan dan sekaligus menjadi password untuk masuk ke pos kemampuan diri sendiri. Di pos ini, peserta kembali menuliskan nama dan tugas- tugas seksi yang ingin mereka jabat nanti, juga reaksi mereka jika tidak menjabat di sie yang mereka ingin. Berlanjut ke pos empat dan lagi, dibekali sandi air terjun, tentu saja harus dipecahkan selama perjalanan untuk bisa melaksanakan tugas di pos lima, pos PU. Seperti biasa, di pos PU ada 20 pertanyaan tapi hanya dua pertanyaan yang wajib dijawab yakni pertanyaan mengenai kegiatan RRC. Pos terakhir adalah pos uji mental, dengan password pos ini adalah sandi Al Qur’an yang harus dipecahkan terlebih dulu oleh peserta. Di pos uji mental, peserta menghapal perintah yang ditaruh jauh di depan gerbang masuk pemakaman dan dijaga oleh lima orang panitia. Dan finish di perkemahan.
Sempat terjadi kendala saat kegiatan hiking malam yakni turun hujan yang cukup lebat membuat kegiatan terpaksa dihentikan. Beberapa peserta belum menyelesaikan pos- pos yang ada, namun beruntung karena tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Peserta, panitia, dan barang- barang sudah terevakuasi dengan cepat dan tepat.
Hari kedua diawali dengan sholat Subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan olah raga kecil. Peserta diberikan waktu untuk MCK dan memasak untuk persiapan hiking siang. Seusai sarapan pagi, hiking siang pun dimulai pukul sembilan pagi. Peserta tiap sangga berangkat bersama dan juga dibekali makanan kecil. Tanda rutenya berupa botol aku dan tanda panah. Pos pertama adalah pos pemberangkatan dan pos kedua adalah pos KIM yaitu membau, pos ketiga pesan berantai, pos keempat adalah pos kekompakan, dan terakhir pos kelima adalah pos uji mental.
Seusai hiking siang dan peserta membersihkan diri, maka kegiatan selanjutnya adalah materi dan sharing antara peserta dengan pembina. Kegiatan yang santai namun serius, agar peserta bisa melepas lelah sembari mendapatkan pengetahuan dan informasi yang disampaikan. Setelah dipotong waktu untuk ibadah kegiatan kembali dilanjutkan dengan tes kepanitiaan. Hal ini dilakukan sebab ada kabar bahwa panitia PTA kelas sepuluh hanya diambil 20 anak, sedangkan peserta lebih dari itu. Namun, karena peserta melakukan hal sehingga memperpanjang waktu dan membuat kegiatan molor maka diadakan evaluasi dadakan, tanpa menggunakan fisik namun dengan penegasan dan hal- hal yang mendidik.
Kembali dari memasak dan ibadah, dilanjutkan materi dan sharing dari pembina hingga waktu api unggun tiba. Upacara api unggun dilaksanakan dengan sederhana namun tetap khidmat. Api unggun pun berkobar dan menghangatkan dinginnya malam. Malam pentas seni pun dihelatkan, peserta menampilkan pentas seni dengan tema kebudayaan. Ada ynag menampilkan akapela Rayuan Pulau Kelapa, akustik Manuk Dadali, tari piring, bahkan sintren.
Dengan jeda beberapa menit untuk beristirahat, maka kegiatan dilanjutkan dengan pelantikan Laksan dan Bantar susulan. Pelantikan dilaksanakan sama seperti pelantikan sebelumnya. Ada satu anak dilantikan Laksana dan sembilan Bantara. Dan hari kedua berakhir dengan istirahat total, namun penjagaan oleh panitia tetap dengan bergiliran.
Hari terakhir pun diisi dengan Outbond setelah selesai ibadah, sarapan, dan MCK. Sebelum Outbond peserta dibawa ke suatu tempat untuk sharing selama tiga hari mengikuti RRC. Di Outbond terbagi lima pos dan tiap peserta bermain secra individual. Masing- masing pos memberikan stiker berwarna pabila peserta telah menyelesaikan pos tersebut. Ada pos gulat kaki dengan arena gulat berupa tanah berlumpur dan  peserta harus menjatuhkan lawannya dengan tangan dibelakang dan berdiri dengan satu kaki. Kemudian peserta harus mencari koin yang terdapat ditepung yang sudah dicampur gula dan garam di pos harta karun, ada juga pos sumpit bola, pos merayap dan pos deklamasi. Di pos deklamasi peserta harus mengimprovisasi sebuah kata untuk dijadikan puisi.
Outbond selesai, maka acara RRC pun akan segera selesai. Setelah membumi hanguskan arena perkemahan, upacara penutupan dilaksanakan sebagai penanda ditutupnya kegiatan secara resmi. Dan setelah itu, semua barang, peserta, dan panitia diangkut ke truk. Rombongan tiba di SMA N 1 Batang kira- kira pukul 14.00 WIB.

by : Ga-Cut 11/12